“Sori ganggu, lagi ngajar ya?”
“Kok tidak libur, kan mahasiswa libur?”
Dua pertanyaan di atas adalah pertanyaan yang sering saya peroleh kalau sedang ngobrol dengan teman-teman yang tidak seprofesi. Tetangga-tetangga saya tuh, hobi banget bertanya seperti itu. Biasanya saya cuma senyum-senyum saja, malas menjelaskan scope kerjaan saya yang sebenarnya. Bisa pusing. Ibu saya sendiri sempat bengong juga kalau lagi lihat saya beres-beres mau berangkat ke daerah A, visit ke universitas X. Padahal ibu saya sudah “terlatih” hidup dengan bapak saya (yang juga dosen-turned-something-else) selama puluhan tahun.
Mungkin masyarakat kita memang terbiasa membentuk stereotype tentang profesi tertentu. Kalau guru/dosen, pasti cuma ngajar mahasiswa, kalau mahasiswa libur, ikut libur.
Ada sih, guru/dosen seperti itu. Tapi kami di Departemen Biologi yang tercinta, umumnya tidak.
So, jadi dosen, ngapain aja sih?
Wah, macem-macem. Ada yang jadi direktur LSM, jadi dekan :-), buka usaha budidaya anggrek, busana muslim… yes, we are a multi talented group! Saya sendiri? Sekarang sibuk ngurusin orang pinter 🙂
Tapi memang, tugas utama seorang dosen sih, tetap di pengajaran dan penelitian. Kalau mau ngaku dosen, ya harus ada ngajar nya. Penelitian pun, melibatkan mahasiswa. (and yes, I realize I haven’t been in the lab for a long time now). The transfer of knowledge is key.
So being a teacher is who we are, not just what we do.
So, the next time you call me, jangan langsung nanya “Lagi ngajar ya?” karena belum tentu sedang mengajar. Bisa saja saya lagi nongkrong di mall minum kopi, atau lagi…asyik blogging!
I wish I had more time to blog!
Setuju… in a previous life, saya juga dosen, jadi masih ingat bisa punya sampe 3-4 “kantor” yang dikiterin setiap minggu!